
Mahjong adalah permainan tradisional Tiongkok yang telah memikat hati jutaan orang di seluruh dunia. Dengan akar sejarah yang dalam dan kombinasi unik antara strategi, keterampilan, dan keberuntungan, mahjong tidak hanya menjadi hiburan sosial, tetapi juga sarana taruhan yang populer, terutama di Tiongkok dan komunitas diaspora Tionghoa. Artikel ini akan membahas asal-usul mahjong, bagaimana permainan ini berkembang menjadi fenomena taruhan, status hukumnya di Tiongkok, serta pengaruhnya di panggung global.
Mahjong diperkirakan muncul pada pertengahan abad ke-19 di Tiongkok, tepatnya pada masa Dinasti Qing (1644–1912). Nama “mahjong” berarti “burung pipit” dalam dialek Tiongkok selatan, merujuk pada suara khas ubin yang berdenting saat dikocok, mirip dengan kicauan burung. Beberapa teori menyebutkan bahwa mahjong berevolusi dari permainan kartu Tiongkok kuno bernama madiao, yang juga melibatkan strategi dan keberuntungan. Meskipun asal-usul pastinya masih diperdebatkan, mahjong menjadi populer di kalangan masyarakat Tiongkok pada awal abad ke-20, terutama di wilayah selatan seperti Guangdong dan Shanghai.
Permainan ini dimainkan dengan 144 ubin (meskipun jumlahnya bervariasi tergantung variasi regional) yang dihiasi simbol dan karakter Tiongkok, seperti bambu, lingkaran, karakter, angin, dan naga. Mahjong biasanya dimainkan oleh empat pemain, meskipun variasi untuk dua atau tiga pemain juga ada. Tujuannya adalah membentuk kombinasi ubin tertentu, seperti pung (tiga ubin identik), kong (empat ubin identik), atau chow (tiga ubin berurutan dalam jenis yang sama), ditambah sepasang ubin identik untuk menyelesaikan tangan yang menang, yang disebut “mahjong.”
Tiongkok memiliki sejarah panjang dalam perjudian, dengan artefak seperti dadu yang ditemukan pada situs arkeologi berusia 3000 SM. Mahjong dengan cepat menjadi salah satu permainan favorit untuk taruhan karena sifatnya yang kompetitif dan elemen keberuntungan yang seimbang dengan strategi. Di Tiongkok, taruhan dalam permainan mahjong sering kali bersifat sosial, terutama selama perayaan seperti Tahun Baru Imlek, di mana keluarga dan teman berkumpul untuk bermain sambil bertaruh dengan jumlah kecil, biasanya antara 1 hingga 15 yuan (sekitar Rp2.000–Rp30.000). Namun, di beberapa tempat, taruhan bisa meningkat secara signifikan, terutama di parlor mahjong atau klub bawah tanah.
Meskipun mahjong sering dikaitkan dengan perjudian, banyak orang memainkannya tanpa taruhan, hanya untuk hiburan atau mempererat ikatan sosial. Penelitian menunjukkan bahwa di kalangan imigran Tionghoa, seperti di Amerika Serikat, mahjong memiliki manfaat sosial dan kognitif, seperti meningkatkan interaksi sosial dan menjaga ketajaman mental, terutama pada lansia. Konsep “mahjong sehat” mengacu pada permainan dengan taruhan kecil yang lebih berfokus pada kesenangan daripada keuntungan finansial.
Namun, sisi gelap perjudian mahjong juga ada. Di Tiongkok, perjudian secara umum dilarang sejak Partai Komunis Tiongkok berkuasa pada 1949, kecuali untuk lotre yang dikelola negara dan beberapa bentuk taruhan olahraga. Menurut hukum nasional Tiongkok, perjudian dianggap ilegal, dan pelaku bisa menghadapi denda hingga 70.000 yuan atau penjara hingga tiga tahun. Meski demikian, penegakan hukum bervariasi. Di provinsi seperti Jiangxi, taruhan kecil dalam mahjong (di bawah 200 yuan) tidak dihukum, tetapi taruhan lebih besar dapat mengundang tindakan hukum. Pada 2019, polisi di Yushan, Jiangxi, sempat mengumumkan penutupan semua parlor mahjong untuk menekan perjudian dan kebisingan, tetapi keputusan ini direvisi sehari kemudian, mengizinkan parlor berlisensi tetap beroperasi.
Mahjong menyebar ke seluruh dunia pada awal abad ke-20, sebagian besar berkat diaspora Tionghoa dan pengusaha Barat seperti Joseph P. Babcock, yang mempopulerkannya di Amerika Serikat pada 1920-an. Di AS, mahjong menjadi tren nasional, terutama di kalangan wanita kelas menengah, dan bahkan dikaitkan dengan perubahan norma gender dan budaya saat itu. Saat ini, turnamen mahjong diadakan di berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa, dengan acara besar seperti Kejuaraan Dunia Mahjong yang diselenggarakan oleh World Mahjong Organization sejak 2007.
Di Asia, mahjong tetap menjadi permainan populer, terutama di Hong Kong, Taiwan, dan Makau, di mana taruhan sering kali merupakan bagian integral dari permainan. Di Hong Kong, aturan penilaian mahjong (Hong Kong Mahjong Scoring Rules) menggunakan sistem faan (poin) yang diterjemahkan langsung ke dalam uang saat berjudi. Misalnya, pemain yang menang dengan membuang ubin lawan (discard) bisa menerima pembayaran ganda dari pemain yang membuang ubin tersebut. Makau, yang dikenal sebagai ibu kota perjudian dunia, juga mengizinkan permainan mahjong di kasino, di samping permainan seperti bakarat dan poker.
Di luar Asia, mahjong telah diadaptasi ke dalam berbagai format, termasuk versi online yang memungkinkan pemain bertaruh dengan uang sungguhan. Situs seperti 1XBet, Spin Samurai, dan JVSpin menawarkan permainan mahjong daring, terutama di pasar Asia seperti Singapura, Hong Kong, dan Filipina. Namun, di Tiongkok daratan, perjudian daring tetap ilegal, meskipun banyak pemain menggunakan VPN untuk mengakses situs taruhan internasional. Menurut perkiraan, pendapatan tahunan dari perjudian daring di Tiongkok mencapai lebih dari 1 triliun yuan (sekitar US$145 miliar), jauh melebihi pendapatan lotre resmi.
Meskipun mahjong memiliki tempat khusus dalam budaya Tiongkok, hubungannya dengan perjudian menimbulkan tantangan hukum. Di Tiongkok daratan, hanya lotre negara dan taruhan olahraga tertentu yang legal. Makau, sebagai Wilayah Administratif Khusus, adalah pengecualian, dengan lebih dari 40 kasino yang menghasilkan pendapatan US$14,14 miliar dari Januari hingga Agustus 2023. Hong Kong juga mengizinkan beberapa bentuk perjudian, seperti taruhan pacuan kuda dan sepak bola yang diatur oleh Hong Kong Jockey Club, serta mahjong di parlor berlisensi.
Pemerintah Tiongkok terus berupaya menekan perjudian ilegal, termasuk operasi bawah tanah dan situs taruhan daring. Pada 2018, aplikasi poker daring dilarang, dan promosi perjudian di media sosial seperti WeChat dan Weibo dilarang. Namun, perjudian tetap marak, terutama di daerah pedesaan dan melalui jaringan taruhan proksi, di mana pemain VIP memasang taruhan besar melalui perantara di kasino luar negeri.
Mahjong tidak hanya sekadar permainan; ia adalah cerminan budaya Tiongkok yang kaya, menggabungkan strategi, keberuntungan, dan interaksi sosial. Permainan ini telah muncul dalam budaya pop Barat, seperti dalam film Crazy Rich Asians, yang menampilkan adegan dramatis di parlor mahjong, serta dalam acara televisi seperti Fresh Off the Boat. Merek mewah seperti Hermès bahkan memanfaatkan popularitas mahjong dengan menawarkan set mahjong seharga US$40.200, menunjukkan daya tarik globalnya.
Ke depan, mahjong kemungkinan akan terus berkembang, baik sebagai permainan sosial maupun sarana taruhan. Dengan munculnya platform daring dan teknologi seperti kecerdasan buatan, mahjong dapat menarik generasi baru pemain. Namun, di Tiongkok, tantangan terbesar tetap adalah menyeimbangkan tradisi budaya dengan regulasi perjudian yang ketat. Sementara itu, di panggung global, mahjong akan terus menjadi jembatan budaya, menghubungkan komunitas melalui ubin-ubin yang berdenting dan semangat kompetisi.
Mahjong adalah permainan yang telah melampaui batas geografis dan budaya, dari meja keluarga di Tiongkok hingga kasino mewah di Makau dan platform daring di seluruh dunia. Meskipun sering dikaitkan dengan taruhan, mahjong juga memiliki nilai sosial dan kognitif yang signifikan. Di Tiongkok, statusnya sebagai permainan tradisional berbenturan dengan hukum anti-perjudian, tetapi popularitasnya tetap tak tergoyahkan. Dengan sejarah yang kaya dan adaptasi modern, mahjong terus menjadi fenomena global yang memukau, menggabungkan warisan budaya dengan sensasi taruhan.